PORTAL REDAKSI

Berita Terbaru, Online, Terupdate dan Teraktual

Diskusi PKC dan Golkar: Soal Manajemen hingga Dukungan ke Pemerintah

Artikel terkait : Diskusi PKC dan Golkar: Soal Manajemen hingga Dukungan ke Pemerintah

Diskusi PKC dan Golkar: Soal Manajemen hingga Dukungan ke Pemerintah
Diskusi PKC dan Golkar: Soal Manajemen hingga Dukungan ke Pemerintah

PORTAL REDAKSI - Setelah mengunjungi tiga kota di China, Delegasi Pengurus Partai Golkar tiba di Beijing untuk bertukar pikiran dengan Partai Komunis China. Diskusi berlangsung menarik dengan berbagai topik soal manajemen partai hingga kaderisasi.

Para pengurus Golkar yang dipimpin oleh Ketua DPP Bidang Hubungan Luar Negeri, Meutya Viada Hafid hadir atas undangan dari International Department Communist Party of China (IDCPC). Diskusi antara Partai Komunis China dan Partai Golkar sendiri dilakukan di Beijing dalam dua sesi di dua hari.

Pada Senin (29/8/2016), Peneliti senior di Partai Komunis China (PKC), Zhang Shiyi memberi penjelasan kepada pengurus Golkar tentang sejarah dan ideologi PKC. Zhang memulai pemaparan dengan sejarah PKC yang berdiri pada 1921 dan juga 3 usaha yang sudah dilalui PKC selama 95 tahun. Tiga tahap itu adalah perjuangan 28 tahun hingga mendirikan RRC, pembangunan sosialisme selama 29 tahun, dan era keterbukaan yang dimulai sejak 1978.

"Perkembangan ekonomi paling menonjol di era keterbukaan," ucap Zhang.

Di awal pembentukan, PKC hanya memiliki 50 orang anggota. Kini, ada 88 juta anggota PKC dan pengelolaannya tentu tidak mudah.
"Bagaimana mengelola anggota partai yang begitu banyak dan jumlah penduduk yang begitu banyak itu merupakan tantangan berat bagi PKC. Makanya PKC mempertahankan manajemen partai yang ketat," paparnya.

Dalam mengelola partai, PKC memegang beberapa aspek. Beberapa di antaranya adalah mementingkan pengajaran dan pendidikan teori serta ideologi. Setiap anggota diberi pemahaman tentang ideologi, termasuk dari Sekjen PKC Xi Jinping yaitu Chinese Dream. Anggota PKC juga wajib mempelajari AD/ART hingga pidato-pidato Xi Jinping.
Aspek pengelolaan partai yang juga ditonjolkan PKC adalah pembangunan organisasi partai hingga di akar rumput. Saat ini PKC sudah memiliki 4,4 juta organisasi di akar rumput.

Ada pula diskusi soal pemberantasan korupsi di internal partai. Zhang menuturkan bahwa PKC memiliki lembaga pengawas sendiri dan tidak mentolerir perilaku korupsi.
Sementara itu di diskusi sesi kedua pada Selasa (30/8/2016), PKC lebih cenderung ingin mengenal Golkar semakin mendalam termasuk soal beberapa kebijakannya. Diskusi kedua dilakukan bersama dengan Wakil Dirjen Biro I (Asia) IDCPC, Rao Huihua.

Rao sudah mengikuti hubungan PKC dan Golkar sejak 20 tahun silam hingga diformalkan dalam bentuk MoU kerjasama pada 2008 lalu dan berlanjut hingga kunjungan seperti saat ini. Menurutnya, pertukaran kunjungan seperti yang dilakukan Partai Golkar kali ini adalah cara terbaik untuk saling mengenal.

Rao banyak mengajukan pertanyaan ke pengurus Golkar terkait perkembangan partai beringin saat ini. Salah satunya, dia penasaran dengan kebijakan Partai Golkar yang sudah menyatakan mendukung pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

"Apa kebijakan pokok Golkar akan selalu mendukung pemerintah termasuk di parlemen?" tanya Rao.

Meutya Hafid selaku pimpinan delegasi pertama-tama menjelaskan sejarah singkat Golkar yang menjadi partai berkuasa selama 32 tahun lalu berubah menjadi Golkar baru setelah reformasi. Kini, Golkar punya 91 kursi di parlemen dan 233 kader yang duduk sebagai kepala daerah.

"Golkar pernah berusaha untuk keluar dari pemerintahan. Hanya setahun dan itu menjadi konflik di Partai Golkar. Di situ kami sadar bahwa Golkar harus kembali ke habitat asli bahwa Golkar dilahirkan dan harus konsisten bersama pemerintah," jelas Meutya.

"Sekarang kita jadi pendukung utama kebijakan presiden. Kita memberi masukan terkait kebijakan presiden," sambung Wakil Ketua Komisi I DPR RI ini.

Rao juga menyoroti banyaknya anak muda dan perempuan di kepengurusan Golkar. Hal itu terlihat dari anggota delegasi yang terdiri dari Ketua DPP Bidang Hubungan Luar Negeri Meutya Hafid, Wasekjen Golkar Ace Hasan Syadzily, Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri Golkar Emmalia Natar, Wasekjen Golkar Melki Laka Lena, Wabendum Golkar Selina Gita, Wabendum Golkar Sari Yuliati, Wabendum Golkar Ernawati Tahang, anggota Fraksi Golkar DPR Fauziah Pujiwatie, Anggota Departemen Pembangunan Daerah dan Pedesaan Marleen Jeanne Petta, serta Ketua Departemen Organisasi Golkar Rofiqul Umam. Ada pula Sekjen Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Andi Nursyam Halid, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri AMPG Syafaat Perdana, serta Wabendum AMPG Siti Harumi Prima Sari.

Meutya menjelaskan bahwa tingkat keterlibatan perempuan dan anak muda di kepengurusan memang jadi perhatian Ketum Golkar Setya Novanto. Rao pun kembali penasaran dengan hubungan kebijakan ini dan perilaku pemilih di Indonesia.

"Kenapa pemuda dan perempuan pilih partai Golkar dan bukan partai lain. Alasannya apa?" tanyanya.

Meutya mengatakan bahwa perilaku pemilih di Indonesia sangat dinamis. Keterlibatan anak muda di partai diyakini bisa memikat anak-anak muda lain. Sejarah panjang Partai Golkar juga masih jadi kunci keunggulannya.

"Golkar berbasis pada karya nyata. Ketika memilih Golkar, pemilih melihat ada track record yang panjang. Trust atau kepercayaan tidak bisa dicapai beberapa tahun saja," jelas Meutya.
Perbincangan mengalir sampai seru dan berlanjut hingga makan siang. Rao lalu bertanya tentang faktor pembeda Golkar dan partai-partai lain. Beberapa anggota delegasi pun bergantian menjawab.

"Saya tertarik karena Golkar tidak tergantung pada sosok. Tapi pada karya. Beberapa partai lain punya satu wajah, Golkar punya ratusan wajah yang disenangi masyarakat," jelas Meuta.

Sementara itu, Wasekjen Golkar Ace Hasan menjabarkan keunggulan Golkar sebagai partai yang sudah malang melintang di dunia politik Indonesia. "Jadi memiliki pemilih tradisional sekitar 11 juta. Kita bisa menambah lebih banyak lagi," ujarnya.

Wasekjen Golkar Melki Laka Lena menambahkan bahwa kader-kader Golkar kini menjadi pemimpin di partai-partai lain. Golkar menjadi wadah perkembangan bagi politikus di Indonesia.

"Partai ini jadi pelatihan dan pendidikan bagi banyak pemimpin bangsa," ucap Melki.

Diskusi ini dan pertemuan delegasi pengurus Golkar dengan Assistant Minister of International Department Communist Party of China (IDCPC), Li Jun menjasi puncak sekaligus penutup kunjungan delegasi ke China selama 10 hari. Sebelumnya, para pengurus Golkar juga sudah diajak untuk melihat kiprah anggota-anggota PKC di desa, komunitas, pemerintahan daerah, hingga sektor swasta.




Sumber : detik.com

Artikel PORTAL REDAKSI Lainnya :

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2015 PORTAL REDAKSI | Design by Bamz